Haiii!
Udah lama gue ngga ngepost nih. Maklu lagi puasa, jadi jari gue ikutan kelaperan.
Kali ini gue mau ngepost cerita nonfiksi gue yang pernah gue ikuti dalam lomba "Fatigon aksi semangat". Lombanya membuat sebuah cerita yang bisa menginspirasi para pembaca lainnnya, dan alhamdullilah dari ribuan peserta yang ikut, gue bisa masuk 5 besar.
Waktu babak final, kelima orang yang terpilih di undang dalam acara KickAndy di MetroTV. Btw, untuk videonya blm gue search, entar kalau udah ada gue bakal edite ulang post ini + share video yang di tayangin dari metro tv.
Oke, langsung aja cek cerita dari gue! Have fun reading!
Menjadi guru bukanlah pekerjaan mudah, Didalamnya dituntut pengabdian, dan juga ketekunan. Harus ada pula kesabaran dan welas asih dalam menyampaikan pelajaran. Sebab sejatinya guru bukan hanya mendidik, tapi juga mengajarkan. Hanya orang-orang tertentu saja yang mampu menjalankannya. Menjadi guru bukan sesuatu yang gampang, apalagi menjadi guru bagi anak-anak yang mempunyai keistimewaan.
Guru saya berama Ibu “Tuti” saya
mengenalnya ketika masuk kelas 1 SMA. Ia memiliki badan yang tidak
terlalu tinggi, gendut, dan berkaca mata serta selalu berpakaian rapi.
Ia berdiri di depan ruang kelas pada hari pertama tahun pengajaran, dan
berbohong kepada murid-muridnya.
Seperti kebanyakan pengajar, ia
memandang ke seluruh murid dan berkata bahwa ia memperhatikan seluruh
murid dengan adil. Tetapi hal itu tidak mungkin, karena di barisan
depan, ada seorang anak yang duduk dengan menggelesot namanya Alfredo.
Ibu Tuti sudah mengawasi Alfredo setahun
sebelumnya dan ia memperhatikan bahwa dia tidak bisa bermain dengan
baik dengan anak-anak yang lain karena bajunya yang kedodoran dan
terlihat selalu perlu untuk dimandikan alias kotor. Dan Alfredo bisa
jadi tidak suka. Itu semua mendapat penilaian, dimana Ibu Tuti
kenyataannya akan memberikan tanda khusus di laporan Alfredo dengan
tinta merah besar, membuat X tebal dan memberi tanda F besar di atas
kertas laporan Alfredo.
Di sekolah tempat Ibu Tuti mengajar, ia
diminta untuk melihat ulang catatan murid-muridnya di tahun sebelumnya,
dan ia membiarkan catatan Alfredo di giliran terakhir. Saat membaca
catatan Alfredo ia terkejut. Wali kelas satu Alfredo menulis, Alfredo
adalah anak yang cemerlang dan ceria. Ia mengerjakan perkerjaannya
dengan rapi dan memiliki hal-hal yang baik. Ia membawa kegembiraan bagi
sekitarnya.
Tidak hanya wali kelas di kelas satu,
tetapi semua guru pun menulis demikian, Alfredo adalah murid yang
sempurna, sangat disukai oleh seluruh temannya, tetapi konsentrasinya
terganggu karena ibunya sakit stroke dan untuk tinggal di rumah adalah
suatu perjuangan bagi Alfredo.
Guru kelas duanya menulis, ia mendengar
kematian ibunya dan ia berusaha untuk melakukan yang terbaik, tetapi
ayahnya tidak menunjukkan ketertarikannya dan kehidupan di rumah akan
segera mempengaruhinya jika tidak ada langkah-langkah yang dilakukan.
Semenjak kejadian itu banyak guru-guru
yang berkomentar tidak seperti tahun lalu, Alfredo menjadi mundur dan
tidak tertarik ke sekolah. Ia tidak punya banyak teman dan terkadang
tertidur di kelas.
Setelah itu, Ibu Tuti menyadari
masalahnya dan dia malu terhadap dirinya sendiri. Ia merasa tidak enak
ketika murid-muridnya membawa hadiah ketika hari guru, yang dibungkus
dengan pita-pita yang indah serta sampul batik, kecuali pemberian
Alfredo. Hadiah dari Alfredo kumal bentuknya dan dibungkus dengan kertas
coklat yang diambil dari tas belanja.
Ibu Tuti dengan terharu membuka kado
Alfredo ditengah-tengah kado yang lain. Anak-anak mulai tertawa saat ia
menemukan gelang batu dimana beberapa batunya hilang, dan sebuah botol
yang berisi parfum setengahnya.
Tetapi ia menyuruh murid-muridnya diam
dan menyatakan bahwa gelang pemberian Alfredo sangat indah, serta
mengoleskan parfum di pergelangan tangannya.
Setelah sekolah usai, Alfredo tetap
tinggal, menunggu cukup lama untuk mengatakan, Ibu Tuti, hari ini bau
wangi anda seperti ibu saya. Setelah murid-muridnya pergi, Ibu Tuti
menangis hampir selama satu jam.
Ibu Tuti memberi perhatian khusus kapada
Alfredo. Selama bekerja dengannya, pikiran Alfredo mulai hidup. Semakin
ia mendorong, semakin cepat Alfredo memberikan tanggapan.
Di akhir tahun, Alfredo menjadi anak
terpandai di kelas, akan tetapi Ibu Tuti jadi berbohong dengan
mengatakan bahwa ia akan memperhatikan murid-muridnya secara adil,
karena Alfredo telah menjadi murid kesayangannya.
Satu tahun berlalu, Ibu Tuti menemukan
sebuah surat di bawah pintu, dari Alfredo, yang mengatakan bahwa ia
adalah guru terbaik yang pernah dimiliki sepanjang hidupnya.
Lima tahun berlalu sebelum ia menerima
surat yang lain dari Alfredo. Ia mengatakan bahwa saat orang memikirkan
banyak hal, ia tetap tinggal di sekolah dan mempertahankannya, dan
segera lulus dari akademi dengan penghargaan tertinggi di kuliahnya UI
(Universitas Indonesia), ranking satu di kelas, dan Ibu Tuti tetap guru
terbaik yang pernah dimiliki sepanjang hidupnya.
Kemudian empat tahun berlalu dan surat
yang lain datang lagi. Saat ini dia menjelaskan setelah menyelesaikan
gelar sarjananya yang kedua, dia memutuskan untuk melanjutkan sedikit
lagi. Surat itu menjelaskan bahwa Ibu Tuti tetap guru yang disukai dan
paling baik yang pernah dimiliki sepanjang hidupnya.
Kisahnya tidak berakhir disini. Masih
ada surat lagi pada musin semi itu. Alfredo berkata bahwa ia bertemu
dengan seorang gadis dan merencanakan untuk menikah. Ia mengatakan bahwa
ayahnya telah meninggal beberapa tahun yang lalu dan dia berharap Ibu
Tuti bersedia duduk di kursi yang biasanya disediakan untuk ibu
pengantin. Tentu saja Ibu Tuti bersedia.
Dan coba tebak apa berikutnya? Ibu Tuti
mengenakan gelang batu dimana beberapa batunya telah hilang. Dan ia
memastikan memakai parfum yang diingat Alfredo dipakai ibunya pada hari
guru ketika masih bisa bersama-sama.
Mereka berpelukan, dan Dr.Alfredo
berbisik di telinga Ibu Tuti, "Terima kasih Ibu Tuti, anda mempercayai
saya. Terima kasih karena sudah membuat saya merasa begitu penting dan
memperlihatkan bahwa saya dapat membuat perubahan."
Ibu Tuti dengan air mata berlinang,
balik berbisik. Ia berkata, "Nak.., semua yang kamu katakan keliru. Kamu
adalah orang yang telah mengajari bahwa aku dapat membuat perubahan.
Aku sungguh-sungguh tidak tahu bagaimana caranya mengajar sampai bertemu
denganmu."
Tolong ingatlah bahwa kemana pun kamu
pergi, apa pun yang kamu lakukan, kamu akan punya kesempatan untuk
menyentuh atau merubah diri seseorang.
Pesan Singkat :
"Ingat, Guru adalah teman, teman adalah adalah malaikat yang mengangkat
kita ke atas kaki kita, saat sayap kita bermasalah untuk mengingat
bagaimana caranya terbang"
-Selesai-
kebalik, Guru bukan cuma mengajar tapi juga mendidik, yang betul:)
ReplyDeletenah yang bener ini.
DeleteSepertinya sudah jarang guru yang kamu gambarkan di atas. Mungkin zaman dulu sang guru saat kecil bercita-cita ingin mengajarkan supaya pintar tapi sudah besar alasan itu terlupakan dan hanya menginginkan imbalan uang. Banyak guru kayak gitu
ReplyDeletegue selaku calon guru jg pgnnya gitu. bisa memposisikan diri sbg teman :)
ReplyDelete