Subscribers

Artikel

25/06/2013

Cinta Bersemi di Wiladatika #PART 5 - LAST PART








Jumat, 17 Mei 2013 ( Hari ke 5 )


07.30
   Seluruh peserta telah selesai melakukan persiapan dan siap untuk melanjutkan kegiatan berikutnya. Kegiatan berikutnya adalah "Jelajah Nusantara". Kegiatan ini di lakukan di Taman Mini Indonesia Indah (TMII).
   Seluruh peserta sudah masuk ke dalam bus masing-masing. Saat itu Syifa satu bus dengan gue. Gue berharap bisa duduk di sebelah Syifa.

   "Oi, duduk disini aja. Sebelahan" Teriak temen gue.
   Dia adalah temen sekamar gue. Belum sempat gue ngomong apa-apa, dia udah narik tangan gue dan nyuruh duduk di sebelahnya. Gue pasrah.

   Setelah beberapa menit gue duduk, Syifa dan temen-temennya masuk ke dalam bus. Dia duduk sendirian, dan ternyata Eben belum ngambil tempat duduk, kebetulan disebelah Syifa kosong. Gue berharap si Eben ngga duduk sama Syifa.

   "Eh Syifa, pindah disini aja" Teriak Tasya dari depan.
   Akhirnya Syifa duduk di sebelah Tasya.
   "Hah.." Gue lega.

   Setelah semuanya beres, kami pergi menuju TMII. Berhubung peserta LDK banyak, waktu itu ada sekitar 5/6 bus yang di pakai untuk mengantarkan kami ke TMII.
  
08.00
   Kami telah sampai di TMII. TMII tidak terlalu jauh dari tempat asrama para peserta. Dalam waktu 30 sampai 40 menit kami sudah tiba di TMII.
   Setelah turun dari bus, kami di bariskan disuatu tempat dan di beri arahan. Disitu seluruh peserta LDK di beri tugas untuk mencatat hal-hal penting dari setiap bangunan provinsi yang ada di TMII.


Saat diberi arahan

   Setelah di beri arahan, kami memulai mengikuti kegiatan. Di TMII sangat banyak rumah adat dari seluruh provinsi Indonesia. Disitu kita bisa mengenal budaya-budaya yang ada dari Indonesia.
   Rute yang di berikan oleh fasilitator adalah mengelilingi TMII. Dengan bermodalkan minum dan topi, seluruh peserta LDK mengelilingi TMII di cuaca yang sangat panas.
   Agak menghilangkan penat, setiap pemberhentian di suatu rumah adat, kami selalu melihat pemandangannya terlebih dahulu, atau mencari tempat ber-ac, tidak lupa juga mengambil beberapa foto untuk kenang-kenangan.


Kelompok Gue
    







   Setelah mampir ke beberapa rumah adat, tiba-tiba salah 3 ( 3 orang soalnya ) dari kelompok gue menghilang. Seharusnya dia bertugas untuk mencatat beberapa hal penting ke dalam rumah adat, sedangkan gue dan temen-temen sekelompok yang lain nunggu di luar.

   Kami mencoba nyari ke dalam rumah adat yang dia masuki tadi, ternyata udah ngga ada. Gue ngga tau dia keluarnya dari mana, apa mungkin di dalam rumah adat ada pintu kemana saja? Ngga mungkin.
   Akhirnya kami putuskan untuk mencari kelompok yang hilang tadi dengan rute melanjutkan perjalanan yang hampir selesai.

   Hingga mendekati tempat finish kami belum menemukan teman kami yang hilang di telan bumi tadi. Karena kelelahan, kami berhenti sebentar di pinggir jalan. Layaknya gembel yang lagi kelelahan, kami duduk dan bercerita-cerita sambil berharap teman kami muncul.


Gembel Style ~


   Agar tidak bosan, kami memainkan permainan truth or die dare. Fajar, sewaktu dia terkena hukuman, dia lebih memilih dare ketimbang truth, akhirnya dia disuruh lari dari ujung jalan ke ujung jalan lainnya sambil neriakin "KEBAKARAN!! KEBAKARANN!"
   Kalau gini caranya gue lebih milih truth ketimbang dare. Kelompok gue ngasih tantangan ngga berprikemanusiaan, jadi lebih baik gue pilih jujur sewaktu kena hukuman.

   Hampir setengah jam kami menunggu, akhirnya teman kami yang hilang tadi muncul kembali. Kami melanjutkan perjalanan sampai akhirnya ke titik finish.
   Disitu kami beristirahat dan melanjutkan permainan truth or dare yang mematikan tadi. Mulai dari disuruh teriak "HUJANN" di panas terik, goyang itik di jalanan, teriak "SIAPA YANG MAU JADI PACAR GUE?" di tengah jalan, sampai ngomong "Saya imut kan?" ke orang-orang yang ada di sekitar lokasi. Parah, demi apapun temen-temen sekelompok gue parah.

12.00
   Waktu udah menunjukkan kalau sudah mau memasuki waktunya ibadah jumat. Gue dan temen-temen pergi kearah masjid sambil melanjutkan games mematikan. Saat itu Rayhan yang kena hukuman. Dia diberika hukuman untuk "menyuapkan 3 cewek, terus ngomong "aku imut kan? aku maniskan?""








 

   Semoga cewek-cewek di atas ngga ada yang keracunan ya setelah nerima makanan dari si Rayhan. Tapi bukan cuma Rayhan, Alan juga terkena hukuman yang sama.





   Ada yang lebih parah lagi, salah satu temen gue yang mau ikutan main, terkena hukuman "Nembak fasilitator", ya mau ngga mau dia harus mau ~







   *****

  
   Tidak lama kami bermain-main, ternyata suara adzan sudah terdengar, itu waktunya peserta LDK cowok yang muslim untuk sholat jumat di masjid Pengeran Diponegoro.
   Usai sholat jumat, seluruh peserta diberikan jatah makan siang. Kami makan di halaman masjid. Setelah selesai makan, kami di perintahkan untuk membersihkan halaman masjid agar tidak kotor karena bekas sampah makanan yang kami makan tadi.

   Setelah semua beres, seluruh peserta di berikan waktu bebas bermain di TMII.
   Saat itu gue pengen jalan bareng temen-temen seprovinsi. Kenapa? Ngga ada jawaban lain, karena ada Syifa. Tapi sayang, saat itu dia pergi jalan dengan kelompok lain, dan akhirnya gue memutuskan untuk jalan dengan kelompok gue dan temen-temen yang lain.

   Kelompok gue saat itu berencana ingin naik sepeda, tapi ngga tau kenapa saat gue sampe di tempat penyewaan sepeda, temen-temen gue yang lain pada menghilang. Mereka ngga tau kemana. Yang tersisa cuma gue, Fajar dan Rayhan. Akhirnya kami memutuskan untuk mengambil sepeda yang bisa di naiki oleh tiga orang sekaligus.

   Tidak jauh dari tempat sepeda, kami ketemu dengan teman-teman kami yang hilang tadi. Ternyata mereka naik mobil sewaan untuk keliling TMII. Tapi ngga apa-apa deh gue naik sepeda, sekalian olahraga. Pikir gue.

   Belum nyampe setengah jalan, rantai sepeda putus.
   "Sial!" Pikir gue.
   Ini sepeda belum juga sejam udah rusak aja, untung ngga sempat gue ajak jadian, kalau gue ajak jadian mungkin sekarang gue udah di putusin sama sepedanya.

   Dengan bermodal sepeda kampret, gue dan dua orang temen gue tadi berhasil ngelilingi TMII satu putaran. Dalam satu putaran, lebih 10 kali rantai sepeda yang kami naikkan putus. Karena bete, akhirnya kami bertiga memutuskan untuk mengganti sepedanya menjadi sepeda single.

   Kami memutari TMII sekitar beberapa kali sampai akhirnya kami memutuskan untuk istirahat. Saat gue dan temen-temen istirahat, gue ngga sengaja nemu kucing berbelang ungu.




   Menurut gue, dia adalah kucing. Iya kucing, lebih tepatnya bos di antara bos preman kucing lainnya. Bisa lu liat tampangnya yang serem, tapi jangan liat warna bulunya yang unyu. Waktu itu gue ngga sempat ngeliat kelamin kucing ini apa, yang jelas dia ungu. Kemungkinan besar, kalau kucing ini perempuan, dan dia ungu. Berarti dia janda.

   Selain itu, saat lagi beristirahat kami juga menemukan orang yang sedang shooting. Sebenarnya gue ngga kenal siapa artisnya dan film apa yang mereka buat. Yang penting mereka shooting deh.




15.00
   Kami di instruksikan untuk mengumpul di bundaran air mancur yang besar. Gue ngga tau apa nama monumennya, yang jelas disitu ada air mancur, dan ada airnya.
   Sebagian peserta sudah mengumpul di bundaran air mancur, dan tiba-tiba ada yang membuat flashmob tarian "GEMUFAMIRE". Waktu itu gue ragu untuk gabung ke flashmob-nya. Tapi berhubung hari terakhir, gue harus manfaatin semua kejadian yang ada. Akhirnya gue ikut bergabung dan berjoget bersama peserta LDK.


Penampakan FlashMob 1



Penampakan FlashMob 2



Penampakan FlashMob 3

   Setelah melakukan flashmob, kami di bariskan lagi sesuai masing-masing kelompok. Lalu fasilitator menyuruh kami untuk melakukan flashmob ulang, saat itu tim fasilitator ada yang merekam, tapi datanya ngga ada di kasih, jadi ngga ada dokumentasinya deh.

   Selesai di bariskan, seluruh peserta disuruh kembali ke dalam bus masing-masing.
   Sayang pada saat itu gue ngga bisa jalan bareng Syifa, tapi yang intinya sekarang gue harus ngedapetin Syifa.

   "Ada yang belum lengkap nih" Kata salah satu peserta LDK di dalam bus.
   Ternyata Syifa dan Tasya belum balik kedalam bus. Sama halnya dengan peserta yang ada di bus lain, ada juga yang belum lengkap.

   Sempat menunggu selama 15 menit, Syifa belum muncul juga. Akhirnya gue dan Eben memutuskan buat turun dan nyari mereka, tapi setelah gue mau turun, ternyata Syifa dan Tasya masuk ke dalam bus. Yang gue denger mereka jalan bareng dengan anak-anak yang ada di bus lain juga.

   Gue disitu kesel. Kesel liat Syifa. Gue ngeliat dia jalan bareng cowok-cowok dari bus sebelah. Memang ada temen ceweknya, tapi tetap aja gue ngga setuju. Sepanjang perjalanan pulang gue galau. Gue diem, gue kesel.

   Disini Syifa pasti ngga ngerti apa yang gue rasain. Karena gue juga belum sempat bilang suka ke dia. 

   "Eh kau kenapa?" Tanya Candra
   "Ngga apa-apa kok Can."
   Pas pulang gue sebelahan sama Candra, mungkin cuma dia yang ngerti apa yang gue rasain saat itu. Gue ngga banyak ngomong setelah pulang dari sana. Candra binggung ngeliat gue kenapa gue berubah mendadak.

   Hari mulai sore.
   Gue baru nyampe di taman Wiladatika. Seluruh peserta langsung menuju asramanya dan membersihkan diri. Acara selanjutnya yaitu "Api Unggun" dan "Penutupan".
   Acaranya di laksanakan setelah sholat Isya.

   Tanpa diduga, seluruh peserta disuruh untuk datang ke aula mengambil uang transportasi sekaligus uang jajan yang telah disediakan dari pemerintah.
   Saat itu gue ngeliat Syifa di lobby aula, dia cuma diem sendirian. Gue coba basa basi,

   "Udah tanda tangan?"
   "Udah"
    Gue liat dia belum megang amplop, berarti dia baru tanda tangan doang, belum ngambil amplopnya.
   "Eumm.. Aku tanda tangan dulu ya"
   "Iya.." Jawabnya datar.

    Setelah tanda tangan gue balik lagi ke tempat dimana gue dan Syifa berdiri. Saat itu gue cuma menanyakan hal-hal ngga penting cuma untuk sekedar basa-basi. Dan keadaan hening sesaat setelah gue dan dia sama-sama diem.

   Gue sempat mau nge-gombal sedikit, gue mau bilang
   "Papa kamu dokter kelamin ya?"
   "Emangnya kenapa?"
   "Abis muka kamu kayak titit"
   
   Menurut gue itu gombalin paling jelek, yaudah gue urungkan niat gue buat ngegombal. 
   Lalu hening lagi.

   "Eh Syifa, ada yang mau kenalan nih" Teriak salah seorang LDK.
   Gue langsung ngeliat ke arah teriakan anak itu.
   "Ini nih, dia mau kenalan.."
    Disitu gue cuma bisa diem, lama kelamaan gue menjauh dari Syifa. Gue ngga tau mau ngapain, gue ngga mungkin marah karena ngga berhak.
   Mungkin ini yang namanya mimpi ketinggian. Gue berharap bisa deket dan jadian sama Syifa, tapi disini gue dibangunkan dari mimpi gue yang ketinggian ini. Gue liat banyak cowok yang deket sama Syifa. Saingan gue banyak. Disini Syifa belum ada kepastian.

   Gue tau kalau hidup itu penuh dengan ketidak pastian, tapi perpindahan adalah salah satu hal yang pasti. Kalau pindah di-identikkan dengan kepergian, maka kesedihan menjadi sesuatu yang mengikutinya. Padahal untuk melakukan percapaian lebih kita tidak hanya bisa bertahan di tempat yang sama. Tidak ada kehidupan yang lebih baik yang bisa didapatkan tanpa melakukan perpindahan.

   Disini gue berpikir, untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik, gue ngga perlu jadi manusia super. Gue cuma perlu menjadi manusia yang berani pindah. Gue berpikir kalau Syifa ngga mungkin bisa jadian sama gue. Gue mencoba mulai menjauh sedikit demi sedikit dan tetap memendam perasaan gue.
  
   Gue ngga pernah ngerti sama diri gue sendiri. Kenapa hal yang begitu kecil bisa jadi besar buat gue. Bisa ngebuat gue kecewa dan gue ngga pernah ngerti kenapa kekecewaan ini bisa berubah seperti kanker yang menyebar dan menggerogoti perasaan gue sendiri, yang lama kelamaan membunuh dari dalam, dan mati. Gue ngga pernah ngerti gimana caranya mensiasati ini. Gue ngga ngerti kenapa buat gue, what has done yah done. The damage has been done, and nothing we can do about it. There is absolutely nothing we can do about it. Kenapa gue ngga bisa ngungkapin perasaan gue?

   Disini gue mulai labil. Gue masih binggung, gue di kasih dua pilihan. Mau membatalkan niat gue buat nembak atau ngelanjutin?
   Gimana kita bisa tau apa yang kita pilih itu benar? Gimana kita bisa tau apakah kita akan bahagia dengan pilihan kita? Aksi kita? Konsekuensi kita? Relativisme dalam contoh yang paling sempurna. Yang gue tau filsafat katanya bisa membantu kita memecahkan permasalahan dalam hidup, tapi menurut gue yang ada justru pertanyaan satu mengikuti pertanyaan lainnya.


*****


19.00
   Gue dan dan temen-temen seprovinsi gue yang cowok udah selesai pakaian. Seperti biasa, gue menuju kamar temen cewek yang seprovinsi sama gue.

   "Tok tok tok!" Gue mengetuk pintu mereka. Lalu Ratu membukanya.
   "Bentar ya, yang lain pada masih pakaian."

   Akhirnya gue menunggu di lobby asrama mereka. 
   Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya mereka keluar kamar dan telah selesai pakaian. Ada yang berbeda dari Syifa malam ini. Kalau kemarin dia di dandan-ni, malam ini ngga. Terlihat dari rambutnya yang tidak di ikat dan dibiarkan mengembang. Tapi gimana-pun gayanya dia, dimata gue dia tetep cakep #Uhuk

   Saat itu guru pembimbing gue (Ibu Ade) sedang jatuh sakit, sehingga tidak bisa menemani kami ke lapangan untuk acara penutupan dan api unggun.

    Tanpa diduga, sebelum acara dimulai, hujan mulai turun. Hujan yang di awali dengan rintik-rintik kecil, dan diteruskan dengan hujan lebat. Acara api unggun batal. Semua peserta akhirnya masuk ke dalam aula Sarbini. Acara di ganti menjadi perform dari setiap provinsi. Tapi tidak diwajibkan untuk tampil. Karena ngga di wajibkan untuk tampil, akhirnya provinsi Sumatra Utara tidak mendaftar karena tidak ada persiapan yang matang sebelumnya. Dari provinsi gue cuma bisa duduk di aula dan menonton perform setiap provinsi.

   Awalnya kami semua duduk tersusun rapi, tapi lama kelamaan temen-temen gue mulai menghilang. Joko, Candra dan Eben tertidur pulas sambil menyenderkan badan di dinding aula. Yang tersisa hanyalah temen cewek.

   Mungkin saat itu Syifa kelelahan, jadi dia butuh senderan. Karena dia berteman deket dengan Tasya, diapun menyenderkan badannya ke Tasya. Saat itu Tasya duduk di samping gue. Otomatis gue bisa ngeliatin Syifa dari jarak yang lebih dekat lagi.

   Gue seneng ngeliat dia. Gue nyaman deket dia. Kalau bisa gue pengen ngabisin waktu dengan dia.
   Waktu itu Tasya pergi ngga tau kemana, akhirnya gue bergabung sama temen-temen gue dari Padang dan gue minta di ajarkan tarian yang mereka tampilkan. Saat itu tiba-tiba Syifa melakukan gerakan yang lagi gue coba. Ternyata dia bisa. Gue juga ngga tau dia kenapa bisa, gue ngga tau kalau dia ternyata guru nari. Dan ternyata memang bukan guru nari.

   Lama-kelamaan seluruh provinsi telah menampilkan shownya di aula. Waktunya untuk cemilan. Syifa pergi keluar dan menitipkan tasnya ke gue. Saat itu gue cerita dengan temen-temen gue dari padang, terkadang gue berganti arah bercerita ke temen-temen gue dari provinsi SUMUT.
   Gue minta pendapat untuk apa yang harus gue lakuin malam ini. Gue mau nembak Syifa. 
   Setelah panjang bercerita, Syifa belum juga masuk. Akhirnya gue mencari dia keluar aula, dan gue mengambil secangkir minuman hangat. Tas yang dia titipkan tadi gue titip ke temen gue yang ada di dalam aula dan gue iket dengan bet nama gue supaya ngga hilang. Setelah gue keluar aula, gue ngeliat Syifa masuk ke dalam aula, dan dia bergabung dengan teman-temannya yang lain.

   "Syifa ngga inget gue lagi ya?" Pikir gue.
   Gue diem diluar aula. Gue cuma bisa ngeliatin dia dari balik kaca yang tembus pandang. Gue ngga berani masuk dan ngga berani negur.

   Tiba-tiba ada pengumuman bahwa peserta LDK harus masuk agar di foto perprovinsi dan keseluruhan.
   Setelah semua lengkap, akhirnya sesi foto dimulai. Saat giliran Sumatra Utara selesai, Syifa mau kelihatan susah menuruni podium yang ada di dalam aula. Gue mencoba membantu dia turun dengan nawarin tangan gue untuk pegangan,

   "Huh" Kata dia tak acuh.
   "JLEB!"

   Demi apa ini GUE SAKIT HATI -____-
   Udah jelas-jelas gue nawarin, malah di acuhin. Cuma sakit yang gue rasain saat itu, gue mulai ciut untuk ngungkapin perasaan gue ke Syifa. Dari sini gue bisa menilai kalau dia ngga suka sama gue.

   "Maaf ya, cuma bercanda" Syifa menepuk pundak gue seolah menyatakan permintaan maaf.
   Gue menepuk pundaknya balik dan ngga berbicara apapun sebagai tanda menyatakan "GUE NAKSIR SAMA LO, YOU MONKEY!"

   Setelah kejadian itu, gue mulai jaga jarak lagi. Gue takut gue di tolak. Mungkin ini yang namanya "jatuh cinta kepada orang yang tepat, tapi di waktu yang salah." Tapi gue belum nyerah, gue masih harus mencoba.

   Selesai kegiatan sesi foto dan penutupan, banyak peserta yang berkeliaran kesana-kemari. Sedangkan gue? Gue cuma ngeliatin Syifa dari jauh. Saat ini gue binggung apakah harus ngungkapin perasaan gue ke Syifa atau diem aja? Gue ibarat marmut. Ngga tau kapan harus berhenti berlalu di roda yang berputar.

   Setelah banyak kejadian yang ngga gue inginkan, gue ngerasa kalau gue ada di bagian orang-orang unrequited love, atau cinta yang tak terbalas. Hal ini adalah yang buat kita bisa mengais tanah. Untuk tau kalau cinta tak terbalas, rasanya sama kayak diberitau bahwa kita tidak pantas untuk mendapatkan orang tersebut. Rasanya seperti di ingatkan bahwa kita memang tidak sempurna, atau setidaknya tidak cukup sempurna untuk orang tersebut.

   Tapi..
   Kalau yang namanya kesempurnaan itu ngga ada, dan kita terus mengejar kesempurnaan itu, berarti gue mengejar sesuatu yang ngga ada? Dan kalau memaafkan itu berarti melupakan, gimana cara melupakan sesuatu yang telah kita maafkan? Atau bahkan jika hal tersebut seharusnya tidak terjadi?
   Balik ke awal, seperti yang gue bilang, pertanyaan satu mewakili pertanyaan lainnya. Tidak akan pernah habis.

   Orang-orang di aula sudah mulai sepi, hari sudah mulai larut malam. Gue masih belum berani ngungkapin perasaan gue ke Syifa.
   Saat itu Syifa udah menuju pintu keluar, dan gue masih tetap ngeliatin dia dari jauh.

   "Eh bego! Dia udah mau balik itu" Kata temen gue dari Padang.
   "Eum.. Udah deh, biarin aja.."
   "Aduh, bego kali sih kau, udah sana kejar"
   Gue pasrah, gue ngga berani.

   "Ada apaan sih?" Tanya Monica
   "Ini, si Ardi ngga berani ngomong sama cewek itu"
   "Kau suka di? Gimana ceritanya?"

   Gue sempat cerita lagi ke temen-temen tentang Syifa dan masalah gue yang ngga berani ngungkapin perasaan. Akhirnya gue dipaksa untuk ngomong ke Syifa. Saat itu gue ngeliat dia lagi foto sama cowok *JLEB!*
 
   Setelah di paksa temen gue,yang ada gue tetap ngga berani ngomong. Saat itu temen gue masang modus ( Suer, ini bukan rencana gue ). Jadi dia nyuruh foto bareng, dan gue deketan sama Syifa. Hasil fotonya malah jadi kayak gini,



-______-

   Buat temen-temen yang waktu itu ada di sebelah Syifa, ini bukan salah gue kalau lo ngga masuk ke fotonya ya, salahin tukang fotonya ( Fajar - Padang ). Suer bukan gue!

   Setelah modus-modusan, GUE JUGA MASIH BELUM BERANI NGOMONG, HAHA!
   Gue ciut, ngga berani.
   Akhirnya Syifa-pun pergi. Dan temen-temen gue pada ngomel ke gue, iya gue bego, gue tau kok, ngga usah di omelin juga kali..

   Akhirnya gue curhat lagi dengan temen-temen di aula. Gue dapat saran kalau gue mendingan ngga usah nembak dulu, soalnya dia baru putus. Saran yang bagus, tapi kalau salah pilih? Bisa nyesel seumur hidup gue.


Sabtu, 18 Mei 2013
00.00 

   Usai cerita ini-itu, gue kembali ke asrama, dan hari mulai larut.
   Belum sempat gue ganti pakaian, ternyata peserta LDK dari Yogja akan pulang. Pada saat tengah malam itu semua beriringan mengantarkan kelompok Yogja ke tempat kendaraanya berpakir. Ada yang menangis, ada yang diem, ada yang pura-pura ngga nangis.


Tengah = Alan - Yogja

   Salah satu kelompok tim gue dari Yogja pulang, mungkin hanya beberapa foto yang ter-ambil saat malam itu. Keliatan kan Alan cenggengnya, cowok kok nangis sih..
   Gue aja pura-pura ngga nangis.



*****


   Usai melakukan perpisahan dengan kelompok Yogja, akhirnya seluruh peserta kembali ke asrama masing-masing dan mulai membereskan barang-barangnya untuk persiapan pulang.
   Setelah selesai beres-beres dan ganti pakaian, gue dapat kabar kalau "Ratu" temen gue dari Sumatra Utara bakal pulang diluan. Akhirnya gue dan temen-temen cowok dari SUMUT memutuskan untuk pergi ke kamar cewek. 

   "Pulang jam berapa?" Tanya gue
   "Katanya sih pulang jam 3" Kata Tasya dengan yakin.
   Lalu Ratu membantahnya, dia bilang ngga akan pulang sepagi itu. Tapi karena dia udah pakai pakaian yang lengkap, gue ngga percaya apa kata Ratu. Akhirnya gue dan temen-temen cowok pada main di kamar cewek sampai Ratu pulang.

   Lama kelamaan gue mulai ngantuk, dan akhirnya gue tertidur. Hal yang terakhir gue inget sebelum tidur adalah, temen cewek dari provinsi SUMUT manggil temen-temennya buat main di kamar ini.

   "Ardi.. Ardi.."
   Gue dengar ada yang manggil nama gue, dan diselingi dengan lagu gitar.
   "Ardi.. Ngapain disini?"
   Gue buka mata gue.

   "DEGG!"
   Saat gue buka mata, gue kaget. Satu ruangan kamar penuh dengan cewek. Gue langsung bangun dan pergi keluar kamar, diluar kamar ada Eben, Candra dan Joko. Ternyata mereka ngerjain gue, sial.
   Karena masih ngantuk, gue langsung tidur di depan pintu kamar. Gue sempat ngomong sebentar sama Candra, katanya dia ngga bakal balik sampe pagi. Yaudah, gue masuk lagi ke kamar cewek dan tidur di antara cewek-cewek yang ngga gue kenal sebelumnya. Gue cuek, toh gue ngantuk. Gue ngga mikir lagi gimana nasib gue sama Syifa, gue ngga tau bakal jadi apa gue ketika bangun pagi nanti, intinya gue mau tidur.

06.00
   Gue kebangun karena satu persatu temen cewek udah pada keluar kamar. Gue ngeliat disitu ngga ada lagi cowok selain gue. Gue ngga tau kemarin malem gue di apain sama mereka, gue ngga tau di kasih obat apa sampe bisa tidur pulas di kamar mesum itu.
   Pas gue bangun, gue ngeliat Syifa masih tidur. Mukanya lucu. Iya, lucu kayak gue.
   Setelah bangun, gue langsung pergi menuju asrama dan di mana kamar gue berada, dengan setengah sadar + gaya jalan ala zombie mabok, gue pergi ke kamar gue.
  
   Sampai di kamar, gue langsung ambil peralatan mandi dan pergi mandi, setelah mandi gue pakaian dan memeriksa barang-barang yang ketinggalan. Setelah selesai, gue pergi keliling asrama. Pagi itu banyak provinsi yang sudah pulang. Pagi itu banyak peserta yang menangis, foto, maupun memberikan kenang-kenangan. Gue dapet kenangan dari Aceh dan satu lagi gue lupa. Gue bakal jaga benda itu buat kenang-kenanga.
   Tiba akhirnya gue dan temen-temen harus pulang. Pada pagi itu kami semua langsung masuk ke dalam mobil dan pergi ke Taman Anggrek untuk membeli sedikit oleh-oleh.


Taman Anggrek

   Coba deh liat foto abang-abang di atas. Gue sengaja ngambil foto ini, soalnya waktu itu gue ngeliatnya aneh. Mungkin abang ini kurang bahagia masa kecilnya makanya dia main air di mall, atau mungkin dia ngetik "REG RAMAL" dan ternyata dia dapat ramalan kerjaan di air. Gue ngga tau dan gue ngga perduli. Yang penting abang ini bisa seneng deh.

   Di taman anggrek, gue membeli sebuah jam dan sebuah boneka. Jelas bukan buat pacar gue, karena gue jomblo. Itu buat adik gue, gue bales jasa sama dia karena selama gue ngikutin kegiatan LDK, adik gue lah yang jaga kucing gue dirumah. Kalau ngga ada adik gue, mungkin kucing gue udah di sate sama orang tua gue.

   Setelah selesai berbelanja, kami kembali lagi ke mobil dan menuju airport soekarno-hatta.
   Selama perjalanan gue masih mikirin nasib gue sama Syifa. Gue ngga tau bakal gimana. Sewaktu di taman anggrek, gue udah buat rencana, siapa aja yang dapet tiket bangku pesawat di sebelah Syifa, harus tukeran tempat duduk sama gue. Ngga mau tau!
   Untungnya temen-temen gue setuju.

   Ketika tiba di bandara, gue banyak ketemu dengan teman-teman LDK yang kebetulan saat itu jam keberangkatannya beda tipis dengan provinsi Sumatra Utara.
   Setelah pengambilan tiket, gue ngecek kursi Syifa nomer berapa. Gue dapet tiket  17E. Dan ternyata Syifa dapet nomer 17F. YESSSSSSSSSSSSS!
   Tuhan maha adil ternyata. Eh.. Tunggu dulu, yang duduk di 17D siapa?
   Gue cek lagi, ternyata 17D adalah Guru pendamping gue, Ibu Ade.

   Gimana ini? Ngga mungkin kan gue ngunkapin disebelah guru? Mau jadi apa gue?
   Akhirnya di ruang tunggu gue coba untuk ngerayu bu Ade supaya pindah.

   "Bu.. Ibu bisa pindah ngga?"
   "Kemana?"
   "Kemana aja deh bu"
   "Kamu nomer berapa?"
   "17E" 
   "Yaudah kita sebelahan kan?"

   Ternyata ibu ini ngga ngerti apa yang gue maksud. Akhirnya gue coba buat hipnotis lagi bu Ade.

   "Anu bu, saya ada bisnis"
   "Kamu suka yang mana?"
   "Itu Syifa itu, jadi ada rencana di pesawat, nanti pas di pesawat ibu tidur aja ya" *maksa*
   "Kita liat nanti aja deh"

   Ah dasar bu Ade PHP -___-
   Sewaktu di ruang tunggu gue sempat duduk sebelahan sama Syifa dan cerita hal-hal ngga penting. Iya, semua yang gue ceritain ngga pernah penting. Soalnya gue canggung sama cewek.
    Ngga lama ada pemberitahuan kalau pesawat di pending selama beberapa menit. Ngga sampai 10 menit setelah pengumuman, kami disuruh untuk naik ke dalam pesawat.
   "Yaelah, labil amat sih ini pilot" Pikir gue.
   Akhirnya seluruh peserta dan guru pembimbing masuk ke dalam pesawat.
   Setelah duduk dan siap untuk take off. Disitu pikiran gue mulai kacau, gue cuma bisa ngeliatin Syifa. Kalau dia nanya,
   "Kok ngeliatin mulu?"
   Gue masih bisa ngeles,
   "Ngga kok, aku ngeliatin jendela pesawat".
   Sayangnya dia ngga ada nanya begituan.
   Sepanjang perjalanan gue terus ngeliatin Syifa, dia lagi baca manga lewat HP,nya. Dia ketawa-ketawa sendiri. Gue mau ikutan ketawa, tapi gue takut di kira gila.
    Sekitar setengah jam perjalanan, dia mulai tidur. Gue diem.
   Gue merhatiin dia. Saat itu HP-nya Syifa ngga di masukin, gue ngeliatin HPnya bukan karena gue mau maling, gue takut aja HPnya jatuh ke bawah kursi. Akhirnya gue ambil HP dia terus gue simpen. Terus gue ngeliat Syifa kedinginan, akhirnya gue kecilin AC yang ke arah dia.
   Gue ngeliat temen-temen gue yang lain, semuanya tidur. Iya, seluruh peserta dari SUMUT tidur kecuali gue. Gue masih binggung mau membuka pembicaran dari mana.
   Kira-kira  satu setengah jam sebelum nyampe medan, teman-teman LDK pada bangun. Tasya nanya ke gue,
   "Udah di bilang?"
   "Belum, dia tidur" Jawab gue. 
   Saat itu Tasya, Nadya dan Eben duduknya bersebrangan dengan kursi gue, jadi bisa saling komunikasi biarpun dengan bahasa orang hutan.

   Setelah beberapa menit temen-temen gue bangun, Syifa juga ikut bangun. Gue langsung ngasih jaket gue kedia, soalnya gue tau kalau dia kedinginan. Pertama dia nolak, tapi gue tetap maksa dia harus make jaket.
   Akhirnya diapun setuju dan make jaket gue. Ada perasaan seneng yang gue rasa saat itu.

   Gue masih berpikir lagi, apakah gue harus bilang sekarang apa ngga? Kalau cinta gue bertepuk sebelah tangan gimana? Unrequited love itu ngga enak banget, sama kayak kata Charlie Brown di komik "Peanuts". Tidak ada yang bisa menghilangkan rasa selai kacang seperti cinta yang tak terbalas.

   Di dalam komik Peanuts, Charlie Brown digambarkan sebagai orang yang suka roti selai kacang. Sewaktu cintanya tidak dibalas seorang perempuan yang dia suka, setiap kali Charlie makan roti selai kacang, dia ngga bisa lagi merasakan rasa selai itu di lidahnya. Jadi jika cinta bisa membuat eek jadi rasa coklat, cinta yang tak terbalas bisa mengubah coklat jadi rasa eek. Nothing takes the flavor out of peanut butter quite like unrequited love.
   Gue juga ngga mau cinta diam-diam. Itu sama ibaratnya kayak komedi putar. Seakan berjalan, padahal sebenarnya tidak kemana-mana.

   Setelah dipikir-pikir, gue ngga boleh mendem perasaan ini. Ngga ada yang tau nasib kita ke depan kalau kita ngga berani memilih. Ini kesempatan gue untuk bilang ke Syifa. Gue mau bilang kalau dia adalah cewek yang gue suka. Otak gue udah bilang,
   "Ardi, bilang sekarang juga!"
   Perintah otak udah setengah jalan ke mulut, tetapi di tengah-tengah gue menahan diri. Gue ngga berani mikirin reaksinya Syifa. Apakah dia akan tertawa kencang? Apa dia bakal nganggap gue bohong? Atau mungkin lebih ekstrim, Syifa salah tingkah dan refleks nyundul gue sampai terbang keluar jendela pesawat?
   Akhirnya gue pending lagi.
  
30 menit sebelum landing.
   Temen gue udah pada greget ngeliat gue. Gue udah berusaha buat ngomong. Akhirnya gue memutuskan untuk ngomong, gue ngga mau nyesel.
   "Syifa.. Boleh ngomong ngga?"
   "Ha? Ngomong apa?"
   Gue diem. Gue ngga tau mau ngomong apa. Ketika gue balik badan, ternyata bu Ade dan temen-temen pada ngeliatin gue.
    What the... Ini kenapa pada liatin gue? Gue harus ngomong apaan? Gue binggung!
    Akhirnya gue nyuruh mereka untuk jangan liatin gue, gue malu. Gue coba buat ngomong lagi.
    Belum sempat ngomong, gue balikin badan gue lagi, dan ternyata mereka masing nguping, terutama bu Ade yang duduknya sebelahan sama gue. Pas gue mau ngomong, dia ngeliatin gue dan Syifa, pas gue balik badan, dia malah pura-pura tidur. Ini bencana!
   Kemakan waktu beberapa menit untuk nunggu gue ngomong. Tangan gue gemeteran, dingin, badan gue lemes. Gue canggung, gue binggung, gue malu. Semua perasaan campur aduk.
   "Eum.. Gini, Aku suka sama Syifa, mau ngga jadi pacarku?"
   Hening. Syifa berpikir sejenak.
    "Kenapa bisa suka?"
   Gue diem. Gue juga ngga ngerti kenapa gue bisa suka sama dia.
   "Apa itu perlu di jelasin?" Tanya gue.
   Akhirnya dia ikutan diem.
   "Tapi kan ngga enak, Syifa baru putus, masa langsung jadian."
   Saat dia bilang kayak gitu, gue tau gue bakal di tolak. Dan gue juga ngerti kalau dia nolak gue, gue terima alasan dia dengan lapang dada.
   "Yaudah, kalau ngga mau juga ngga apa-apa kok. Nanti aku tungguin.."
   Terjadi hening yang sangat panjang. Tangan gue mulai gemeteran ngga jelas. Temen-temen dan bu Ade ngeliatin gue. Gue lega udah ngungkapin semuanya. Jujur aja, gue pacaran baru 2 kali. Dan baru kali ini gue nembak cewek dengan ngomong langsung.
   "Kasih bungaaa" Kata Tasya dari jauh.
   Waktu di taman anggrek, sewaktu gue beli boneka, gue sempat ngeliat bunga. Dan gue rayu penjaga tokonya buat ngasih gue bunganya gratis. Alhasil gue di kasih.
   Penjaganya sih sempat nanya,
   "Buat pacar ya?"
   "Ngga pacar, buat orang special" Jawab gue.
   Saat itu gue ngga mau ngasih bunga dulu ke Syifa, gue mau nunggu jawaban dia.
   "Harus jawab sekarang?" Tanya Syifa.
   "Iya"
   Dia berpikir lagi. 


   Gue cukup lama nunggu, hingga tiba pesawat mau landing. Perumahan udah mulai keliatan dari jendela. Gue ngeliat lampu-lampu penduduk yang artinya pesawat gue udah deket dengan tanah.
   "Ayo jawab" Kata gue.
   Dia masih tetap diem.
   Gue tatap dia, akhirnya dia noleh ke arah gue. Dia mengangguk kecil.
   "Nerima nih?"
   "Iya.."
    YESSSSSSSS , teriak gue dalam hati. Sangkin senengnya gue pergi keruangan pilot, terus gue ciumin pilotnya satu persatu.

   Saat itu gue seneng, seneng banget. Gue ngga bakal ngelupain kursi pesawat yang keramat ( 17D-E-G ) dan gue ngga pernah lupa kalau gue jadian di pesawat, gue juga ngga pernah lupa kalau inilah gue pertama kali nembak cewek dengan ngomong langsung. Yang gue lupa adalah, gue jadian di titik koordinat dan ketinggian berapa? Gue ngga tau. Sampai sekarang gue ngga tau. 

   Setelah dia nerima gue, gue ngasih bunga ke dia. Itu juga pertama kalinya gue ngasih bunga ke cewek. Akhirnya ketika pesawat berhenti, kami turun dan sampai di bandara Polonia - Medan.
   Syifa mulai keliatan lengket ke gue.

   "Ciee, yang baru jadian udah deket-deketan aja" Kata Tasya.
   Gue dan Syifa cuma bisa diem.

   Setelah turun dari pesawat, kami mengambil barang. Gue dijemput mama dan adik gue. Syifa di jemput oleh mamanya. Syifa sempat nyalamin mama gue, dan gue sempat nyalamin mama Syifa.

   Bisa di simpulkan, untuk mencintai seseorang butuh keberanian.Kita harus mencobanya lebih dulu, jangan langsung menyerah ketika di tengah jalan. Mungkin banyak cobaan, tapi kalau kita tidak mencoba, kita tidak akan pernah tau hasilnya akan seperti apa.
   Kata Plato, yang namanya gelap itu ngga ada, yang ada itu kekurangan cahaya. Padahal kalau lampu diluar itu dinyalain atau bulan lebih diterangin, mungkin kita bisa lihat pemandangan bagus.
  
   Jadi, disetiap jalan yang gelap pasti ada salah satu celah yang memberikan sinar dan menuntun kita ke jalan yang tepat. Tapi kalian harus hati-hati dalam memilih, sebab apabila kalian salah memilih, maka kalian akan terjebak di kegelapan selamanya.
   Tepat di tanggal 18-Mei-2013 gue dan Syifa jadian. Hubungan gue sudah berjalan satu bulan lebih. Gue berharap  bisa lebih lama, kalau bisa selamanya. Meskipun Syifa beda satu tahun di bawah gue, gue harap, gue dan dia bisa saling mengerti satu sama lain dan saling dewasa untuk tetap mempertahankan hubungan ini. Cinta memang buta, ngga mandang apapun termasuk umur, cinta memang buta, tapi untuk melihat lebih jelas, kita hanya membutuhkan kaca mata yang pas.

   Gue berharap kisah percintaan gue kayak burung Lovebirds. Burung ini setia sama satu pasangan selama hidupnya. Burung ini cuma menikah satu kali, jika salah satu pasangan mereka mati, maka yang lain akan stres dan tidak lama akan menyusul mati juga.

   Sekarang bukan lagi lagi just the way i'am atau just the way you are, sekarang adalah just the way we are :)
 
   Selain kenangan dengan Syifa, gue juga ngga bakal lupa kenangan LDK Nasional ini. Waktu itu kelompok dari provinsi Riau membuatkan sebuah lagu yang berjudul Cinta Bersemi di Wiladatika ( Bisa di klik ). Dan ada video dokumenter sebagai kenang-kenangan kita untuk mengenang perjuangan kita selama 5 hari di taman Wiladatika.


Video Dokumenter

26-Juni-2013 ( Hari ini )

   Tepat saat post ini di terbit-kan Syifa sedang merayakan ulang tahun yang ke-16.
   HappyBirthday ya, semoga panjang umur dan semoga permohonannya bisa di kabulkan semua. Semoga menjadi anak yang bermanfaat dan patuh pada orang tua. Jangan lupa makin sayang sama pacar ya <3 


TAMAT

9 comments:

  1. Gue selalu percaya dengan prinsip sendiri, kalo:

    "Seberapa besar cintamu kepadanya itu adalah seberapa besar pengorbanan dan perjuangan kamu untuk mendapatkan cintanya". Semangat terus, bro! :D

    ReplyDelete
  2. ya ampun itu foto kucingnya macam warna power ranger PINK :D

    ReplyDelete
  3. ikutan baca,jadi ikut terharu,bagus,seru,lucu kebayangin juga deh :D
    lanjutkan terus,Langgeng yaa sama Syifa :)
    AKu jadi pngen ke Medan lagi :D
    kalo aku keMedan,kita jumpa yoo hehe :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah makasih :)

      Amiinn. Iya, gampang kalau masalah ketemuan, tinggal hubungin aja :3

      Delete
  4. semacam kena friendzone gitu ya? hehe :D

    ReplyDelete
  5. gak tau kenapa penasaran banget ending cerita ini. udah deg-degan di part ke-2

    ReplyDelete

Powered by Blogger.

Gallery